Gunung Slamet tercatat sebagai yang tertinggi di Jawa Tengah atau
tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru. Dengan keistimewaan ini,
sangat wajar kalau gunung ini menjadi tujuan pendakian favorit. Ketinggian
gunung ini mencapai 3.428 mdpl. Pesona alam cantiknya sangat memikat. Cerita
mistis pun seringkali terdengar. Slamet mempunyai keunikan tersendiri. Apa
keunikan dan mitosnya?
Terdapat Banyak Pilihan Jalur Pendakian
Gunung berapi kerucut ini
berada di lima kabupaten di Jawa Tengah, yakni Kabupaten Brebes, Kabupaten
Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas. J.
Noorduyn, sejarawan Belanda berpendapat kalau nama “Slamet” mulai
digunakan pasca agama Islam masuk ke
Pulau Jawa. Karena kata tersebut berasal dari Bahasa Arab, yang berarti keselamatan.
Mendaki Gunung Slamet terbilang sulit, karena
medannya ekstrem. Di sepanjang jalur pendakian juga sangat sulit dijumpai air.
Jadi pendaki harus selalu membawa air dalam jumlah cukup. Kabut juga sangat
pekat dan seringkali berubah-ubah. Sehingga mempersulit pendakian.
Untuk sampai di
puncaknya, jalur favorit yang sering dilewati adalah jalu Bambangan. Jalur
pendakian ini berada Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten
Purbalingga. Tapi kalau ingin merasakan sensasi dan suasana berbeda, bisa
mendaki melalui jalur pendakian lainnya. Pilihannya adalah jalur Baturaden atau
dari Desa Gambuhan, Desa Gunungsari dan Desa Jurangmangu di Kabupaten Pemalang.
Jalur pendakian baru yakni
jalur Dhipajaya yang berada di Kabupaten Pemalang juga bisa dipilih. Jalur ini
mulai diresmikan dan digunakan sejak tahun 2013. Kalau ingin mendaki gunung ini
dari Kabupaten Tegal juga bisa. Anda bisa mendaki melalui jalur yang berada di
kawasan wisata Pemandian Air Panas Guci. Rute pendakian ini menyuguhkan pesona
alam yang terindah.
Kawah Slamet Lebih Besar Dibandingkan Merapi
Keunikan lain dari Gunung Slamet adalah kawahnya ternyata
lebih luas, kalau dibandingkan dengan Gunung Merapi di perbatasan Sleman (Yogyakarta)
dan Jawa Tengah. Luas kawah itu mencapai tiga kali lipat besar, daripada kawah
Gunung Merapi. Dengan begitu, volume materialnya sangat besar kalau sampai
terjadi erupsi dahsyat.
Puncak Slamet juga lebih
luas daripada Merapi. Sehingga lebih nyaman untuk bersantai atau kamping. Gunung
ini juga memiliki keunikan lain pada warna berbatuannya. Batuan di gunung ini
warnanya merah bata gelap. Padahal kebanyakan batu gunung berwarna hitam
keabu-abuan. Berbagai keunikan tersebut, semakin memikat banyak pendaki untuk
bisa berada di puncaknya.
Melihat Puncak Gunung Slamet Dari Dieng
Puncak Gunung Slamet ternyata bisa juga
dinikmati dari kejauhan. Salah satu sudut terbaik adalah melihatnya di kawasan
Dataran Tinggi Dieng. Gunung ini bertipe strato atau kerucut sempurna, dengan
lereng yang terjal. Dengan ketinggian yang dimilikinya, bentuknya mudah
terlihat dari berbagai penjuru.
Anda bisa melihat
keindahannya saat berada di puncak gunung yang berada di Jawa Barat juga. Keindahan
Slamet semakin sempurna saat cuaca cerah. Momen itu memberikan batas horizon
yang sangat pas. Pemandangan langit yang biru semakin menambah kecantikannya.
Kemeriahan Festival Gunung Slamet
Festival Gunung Slamet tersebut
untuk pertama kali digelar pada tanggal 4 hingga 6 Juni 2015. Pusat
pelaksanaannya di Desa Wisata Serang, yang berada di Kecamatan Karangreja,
Kabupaten Purbalingga. Rencananya festival ini akan menjadi agenda tahunan.
Sebagai ajang budaya dan promosi wisata di kawasan tersebut.
Berbagai acara digelar
dalam festival tersebut. Pada hari pertama akan digelar prosesi pengambilan air
di Tuk Sikopiyah. Lalu air tersebut diarah sampai ke Balai Desa Serang,
Kecamatan Karangreja. Mata air besar Tuk Sikopiyah berada di lereng Gunung
Slamet.
Tuk Sikopiyah merupakan
sumber air kehidupan bagi warga Purbalingga dan Pemalang. Mata air ini sangat
besar dan tak pernah kering di sepanjang waktu. Sehingga sangat dipercayas
ebagai pembawa keberkahan, kesehatan, meningkatkan derajat orang yang
meminumnya, serta bisa membuat seseorang nampak awet muda.
Acara lainnya adalah
pentas seni dan budaya lokal, serta pasar rakyat. Tak hanya itu, aktivitas lain
dalam festival ini adalah penanaman pohon turus gunung di sepanjang jalur
Sikopiyah. Pada acara puncak digelar proses wayang ruwat tunggal, kirab budaya
dan hasil bumi, prosesi pembagian air Sikopiyah dan di malam harinya
dilaksanakan pentas seni kontemporer.
Mitos Gunung Slamet
Mitos yang berkembang di
masyarakat, Gunung Slamet ditemukan
oleh Syeh Maulana Maghribi. Seorang pangeran dari Negeri Rum, Turki. Julukannya adalah
Mbah Atas Angin, dikarenakan asalnya dari negeri atas angin. Dia merupakan
penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Hingga kini masih sangat dipercaya, kalau
Slamet meletus dahsyat maka Pulau Jawa akan terbelah menjadi dua.
Gunung ini bisa merekah
dan membelah Jawa menjadi dua bagian. Dikarenakan gunung ini membentang dari
utara hingga selatan. Rekahannya yang sangat dalam, membuat air laut menyembul
dan menyatu. Sehingga Pulau Jawa akan terbelah dua, menjadi sisi barat dan sisi
timur. Posisi Slamet memang berada diantara perbatasan pantai selatan dan
pantai utara.
Slamet dikelilingi oleh 5
kabupaten dan 2 kawasan tidak langsung, yaitu Tegal dan Cilacap yang seakan membentuk garis lurus. Garis itu
dipercaya sebagai garis potongan yang nantinya membelah Jawa. Memang mitos Pulau
Jawa terbelah menjadi dua masuk dalam ramalan Sri Aji Joyoboyo, yang hidup pada
awal abad 12 Masehi.
Berdasarkan ramalan
Joyoboyo, Jawa akan terbelah jadi dua. Karena permukaan tanahnya ambles, mulai
dari Laut Selatan (Samudera Indonesia) hingga Laut Utara (Laut Jawa). Kebenaran
atas ramalan tersebut memang tidak akan ada yang pernah tahu.
Terlepas dari berbagai
mitos dan cerita misterinya, Gunung
Slamet tetap menyuguhkan pesona alam luar biasa. Menjaganya agar tetap
lestari adalah tugas bersama. Apalagi sebagai pecinta gunung atau pendaki, yang
ingin selalu melihat keindahannya.
Mau yang lebih ????? ayam tarung
BalasHapus