Pernah mendengar Pulau Sebira atau Sabira atau Sibira?
Pulau ini termasuk dalam gugusan Kepulauan Seribu. Saat zaman kolonial Belanda,
pulau ini bernama Noordwachter atau dikenal dengan Pulau Jaga Utara. Nama
Sebira mulai dikenal sejak tahun 1980. Apa sebenarnya keunikan yang disuguhkan
pulau ini? Sehingga sangat layak menjadi destinasi wisata Anda selanjutnya.
Akses Menuju Pulau Sebira
Keberadaan pulau ini
memang nampak menyendiri di perairan Laut Jawa. Luasnya berkisar 9 hektar saja
dan dihuni sekitar 600 jiwa. Dari ibukota Jakarta, jaraknya kurang lebih 100
km. Letaknya berada di barat laut Jakarta. Jangan bayangkan jaraknya, karena
perjuangan saat menempuhnya akan terbayar ketika sudah sampai di Sebira.
Kalau Anda berangkat dari
Dermaga Marina Ancol, Jakarta Utara, biasanya diperlukan waktu 2 hingga 3 jam dengan
mengendarai perahu cepat 750 speed horse. Sedangkan kalau mengendarai perahu
nelayan yang hanya bermesin 250 speed horse, akan menempuh perjalanan selama 9
hingga 10 jam.
Anda bisa menuju Pulau
Pramuka dari Dermaga Marina. Angkutan reguler berupa perahu cepat yang dikelola
swasta ini bisa diandalkan. Dibutuhkan waktu paling tidak satu jam agar sampai
di Pulau Pramuka. Perjalanan selanjutnya Anda harus menyewa kapal motor atau
menumpang kapal nelayan. Karena tidak ada kapal reguler atau terjadwal menuju Sebira, begitu sebaliknya.
Kalau tidak terbiasa naik
perahu kayu dengan kapasitas 20 orang, bisa jadi menjadi siksaan berat. Mabuk
laut bisa saja menyerang, karena tubuh tak terbiasa terguncang ombak. Guncangan
biasanya belum terasa kuat di awal perjalanan. Karena masih berada di perairan
antar pulau saja. Tetapi sesudah melintasi gugusan pulau, gelombang akan
semakin kuat.
Pemandangan Eksotis Di Puncak Mercusuar Sebira
Pulau Sebira mempunyai mercusuar tua yang menjadikannya ikon pulau
tersebut. Menikmati suasana sore sambil menunggu matahari tenggelam bisa
menjadi aktivitas menyenangkan. Anda bisa menyusuri tanggul untuk mencegah
abrasi pantai. Tanggul ini berada di sebelah barat. Kalau tidak dibangun
tanggul tersebut, diprediksi daratan Sebira akan lenyap.
Berada di pulau ini kurang
berkesan, kalau tidak menaiki mercusuar yang dibangun Belanda pada tahun 1869. Tangga
besinya memang terlihat sudah berkarat dimakan usia. Kondisi ini bisa saja
menciutkan nyali Anda. Keindahan saat berada di puncak mercusuar sangat sayang
dilewatkan. Jadi tak perlu takut menaikinya. Menara pengeboran minyak di lepas
pantai juga menjadi pemandangan, saat berada di titik tertinggi mercusuar.
Sebagian besar masyarakat
Sebira menggantungkan hidupnya dari hasil tangkapan laut atau sebagai nelayan. Warga
yang bermukim di pulau ini sebenarnya bukan penduduk asli. Tetapi merupakan
pindahan dari pulau lainnya di kawasan Kepulauan Seribu. Awalnya Sebira adalah
pulau singgah para nelayan yang akan beristirahat atau babang.
Penduduk Sebira Adalah Suku Bugis
Nelayan sebelumnya
tinggal di Pulau Genteng, tapi lahannya dijual ke pengembang resort. Karena tidak
mempunyai tanah lagi, maka mereka bermigrasi ke Sebira. Mereka adalah keturunan
suku Bugis dari Sulawesi Selatan. Dimana mereka dikenal sebagai pengarung
lautan sejati. Sebira secara administratif termasuk dalam Kelurahan Pulau
Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu.
Di pulau ini dipimpin
oleh Ketua RT dan Ketua RW. Karena Lurah berdinas di Pulau Harapan, sedangkan
camatnya bertugas di Pulau Kelapa. Posisi Pulau Kelapa bisa ditempuh selama 2
hingga 3 jam dari Sebira, dengan menumpang perahu nelayan. Di Sebira Anda juga
tidak akan menjumpai personel TNI dan Polisi. Untuk pendidikan sudah terdapat
bangunan SD dan SMP.
Sedangkan untuk
kesehatan, hanya dijumpai dua bidan dan satu perawat. Dokter hanya datang ke Pulau Sebira sebulan sekali. Kalau terdapat
pasien parah akan dirujuk ke RSUD Koja yang berada di Tanjung Priok atau Rumah
Sakit lain yang berada di kawasan Jakarta. Biasanya wanita hamil akan tinggal
di Jakarta dengan menyewa tempat. Sehingga memudahkan mereka untuk menjalani
persalinan di rumah sakit.
Mau yang lebih ????? ayam tarung
BalasHapus